Braak,tersungkur dengan mata
terbelalak di ruang gelap,mataku tak mampu melihat. Bahkan hanya untuk melihat
isi hatiku sendiri. Pikirankupun bernyanyi nyanyi dengan suara suara keheranan.
“ aku dimana ?”
“ Ruang macam apa ini ? “
“ Kenapa aku tiba-tiba ada di sini ? “
“ Siapakah gerangan yang membawaku ke
tempat ini? “,
Aaaaah teriakku keras untuk melepaskan
jeratan tanya yang bertubi tubi muncul di bagian kepalaku ini.Lalu,aku terdiam. Masih dengan sejuta
tanya di ruang tak bertuan . Detak detak jantungkupun semakin tak aku rasa di
tengah sejuta tanya menimpaku seperti langit runtuh yang tak lagi utuh.
Hening,sepi membuat ruang gelap tak
bertuan semakin menenggelamkan sejuta tanya ke dasar kesunyian,yang tersisa
hanyalah kegelapan yang semakin membutakan mata,pikiran dan hatiku ini.
Tiba tiba,suara detik waktu
mengagetkanku yang tenggelam dalam sebuah kesunyian ruang tak bertuan.
Tek,tek,tek,tek…lalu hilang.Aku heran !
” kenapa ada suara detik waktu ? “
Sedangkan aku sendiri tak pernah
memakai jam tangan .
“ Apakah ada orang lain di sekitarku?
,tuturku dalam hati diruang tak bertuan ini.
“ tapi kenapa baru sekarang terdengar
? “
“ lantas kenapa suara itu hilang
perlahan? “
“ aaaaaa,biarlah ! “,menenangkan diri.
Semua ini menyebabkan ombak tanya yang
tadi telah tenggelam karena kepasrahan,mucul kembali bak tsunami. Belum selesai ombak pasang tanya surut,lagi lagi aku di
kejutkan dengan suara keributan dan perdebatan yang tak jelas apa sebenarnya
yang menjadi pokok obrolannya. Lalu tiba tiba suara itu kembali menghilang
,menghilang menjadi suara teriakan rintihan kematian.
Analogiku berjalan,semakin mengarahkan
analogi berpikirku pada sebuah tempat yang biasa di huni oleh mereka.mereka
yang tak bersalah ,namun tak salah. Apakah ini,tempat bagi mereka yang jelas
jelas salah. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah
teriakku kesal.
“ apakah ini penjara? “
“ jika memang iya,kenapa tempat ini
tak seperti penjara biasanya,berjeruji dan berjendela? “
“ kenapa ruang tak bertuan ini,hanya
gelap dan tak da apa apa ? “
Tanyaku disaat tubuhku rubuh,lemas seakan akan oksigen
mencekikku.
Terkapar dengan pikiran terbang pada
sisi ruang gelap tak bertuan.
“ ruangan apakah ini ? “
Sekali lgi rintihan pertanyaan muncul
di hati.
“ apakah nasibku akan sama seperti mereka
yang berteriak sakit menuju maut ? “
Menghela nafas panjang,berusaha
menenangkan hati yang sedang terguncang. Sepi,sepi sepi semakin tak bertepi,berada
di ruang gelap mencekam,sunyi dan tak
bertuan.
Aku berusaha memejamkan mata,dengan
kepasrahan. Perlahan lahan,namun lagi lagi aku seperti terjatuh seperti pertama
kalinya.
Braaak….
Membuat mataku kembali terbelalak. Memaksa
aku harus melihat sekelilingku kembali. Aku terkejut,seperti pertama ketika
pertama kali aku terjatu diruang gelap. Tak beda jauh keterkejutan. Namun yang
membuatku semakin lebih terkejut lagi. Tempat ini adalah ruang dengan sejuta
keindahan yang bisa aku lihat dengan mata. Namun suara detik waktu yang sempat
datang di ruang yang dulu,kembali mengalihkan perhatianku.
Tek tek tek…
Dengan tenang aku berusaha memastikan
darimana suara itu berasal. Perlahan,aku berusaha mendekati asal suara
tersebut. Berjalan ,entah berapa langkah yang sudah aku lewati dengan perlahan
dan tenang hanya untuk bisa mendekati sumber suara detik jam yang terus
berkumandang terdengar semakin kencang. Tiba tiba aku di kagetkan oleh suara
yang sama. Suara teriakan rasa sakit seperti ajal menjemput.ku hentikan langkah
kakiku mencari sumber suara detik jam yang berjalan.
Dengan rasa heran,dan bimbang. Kemana aku
harus melangkahkan kakiku ini.apakah harus mengikuti sumber suara jam,ataukah
suara teriakan kesakitan. Diam,tak melangkah.hati bimbang,sedangakn pikiran
menimbang nimbang. Mencari sumber waktu yang terus berjalan,ataukah menemukan
teriakan yang menyayat hati sebagai bentuk prikemanusian.
Belum selesai memutuskan,tiba tiba aku
dikagetkan dengan ucapan salam dari kejauhan.
Waalaikumsalam wr.wb. Sudah Waktunya !
Komentar
Posting Komentar